KEMANA PERGINYA BUDAYA GOTONG ROYONG??
RIYAN FAUZI
SorotKita-Istilah gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong
berarti pikul atau angkat, sedangkan royong berarti bersama-sama. Jika
diartikan secara harfiah, gotong royong berarti mengangkat secara bersama-sama
atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Gotong royong dapat dipahami pula
sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam
memberi nilai positif dari setiap obyek, permasalahan, atau kebutuhan
orang-orang di sekelilingnya. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan
yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, keterampilan,
sumbangan pikiran atau nasihat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada
Tuhan.
Dalam perspektif sosiologi budaya, nilai gotong royong
adalah semangat yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau tindakan individu
yang dilakukan tanpa mengharap balasan untuk melakukan sesuatu secara
bersama-sama demi kepentingan bersama atau individu tertentu. Gotong royong
menjadikan kehidupan manusia Indonesia lebih berbudaya dan sejahtera. Dengan
gotong royong, berbagai permasalahan kehidupan bersama bisa terpecahkan secara
mudah dan murah, demikian halnya dengan kegiatan pembangunan masyarakat.
Budaya gotong royong dapat tumbuh di mana saja, baik di
lingkungan masyarakat maupun di lingkungan pemerintahan. Adapun contoh gotong
royong yang terjadi pada saat ini terjadi banyak bencana alam dan kitapun harus saling
membantu orang atau keluarga yang terkena musibah.
Masa sekarang ini, dampak globalisasi telah mempengaruhi
pola pikir masyarakat Indonesia tentang hakikat budaya gotong royong. Masyarakat
lebih suka membeli barang-barang mewah yang sarat dengan pemborosan daripada
menyisihkan hartanya untuk membantu orang fakir dan miskin. Masyarakat menjadi
cenderung individualis, konsumtif, dan kapitalis sehingga rasa kebersamaan,
kekeluargaan, dan senasib sepenanggungan antar sesama manusia mulai hilang
tergerus ganasnya badai globalisasi yang mempunyai dampak negatif serta dampak
positif tanpa difilter terlebih dahulu oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.
Arus globalisasi dalam bidang sosial budaya begitu cepat merasuk ke dalam
masyarakat terutama kalangan muda.
Pengaruh globalisasi telah membuat banyak anak muda seakan
kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Dari cara berpakaian
misalnya, banyak remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung
ke budaya Barat, berpakaian minim dan bahan yang digunakan memperlihatkan
bagian tubuh yang seharusnya tidak terlihat. Dari cara berperilaku, remaja
cenderung mencoba sesuatu yang baru yang tidak mempedulikan dampaknya dan
akibat yang ditimbulkannya. Ada juga budaya “gotong royong” yang diterapkan
pada kondisi yang salah. Misalnya, sikap terlalu “setia kawan” pada kawan yang
justru sudah jelas kesalahannya dalam suatu hal, tetapi tetap saja didukung
dengan setia.
Salah satu upaya untuk membangkitkan kembali budaya gotong
royong harus ada dukungan dari berbagai pihak, terutama dari instansi dan
lembaga sosial kemasyarakat, untuk bersama-sama membangun kebersamaan dan
menciptakan sesuatu yang berharga yang sebelumnya tidak atau belum terpikirkan.
Mengobarkan semangat yang tinggi dan berusaha mewujudkan adanya budaya kerja
keras yang ada manfaatnya dan mempunyai dampak nyata bagi masyarakat, bukan
hanya dengan berbicara saja, tetapi ada buktinya di lapangan.- SorotKita
Pertamax...
BalasHapus